Almagari.org – Idul Fitri, momen yang paling dinantikan oleh umat Islam di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, negara dengan mayoritas penduduk beragama Islam terbesar di dunia.
Hal tersebut diungkapkan Ketua Umum Aliansi Masyarakat Anti Radikalisme dan Intoleransi (ALMAGARI) K. H. Aceng Abdul Mujib, M. Ag. yang akrab disapa Ceng Mujib dalam wawancara di Sekretariat ALMAGARI, Jalan Galumpit, Garut, Jawa Barat, Senin (08/04/2024).
“Perayaan Idul Fitri tidak hanya menjadi simbol kemenangan setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadhan, tetapi juga menjadi momen yang menggambarkan persatuan dan kesatuan bangsa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” ungkap Ceng Mujib.
Ketum ALMAGARI juga menjabarkan, dalam konteks ini, Idul Fitri bisa dianggap sebagai cerminan dari semangat “Bhinneka Tunggal Ika” yang menjadi dasar ideologi bangsa Indonesia, yang berarti “Berbeda-beda tetapi tetap satu”.
“Inti dari perayaan Idul Fitri adalah refleksi diri dan silaturahmi. Setelah sebulan berpuasa, umat Islam diajak untuk merenungkan kembali perilaku dan tindakannya, serta membersihkan diri dari segala kesalahan dengan bermaaf-maafan,” jabarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren Fauzan ini juga menyebutkan, momen ini, tanpa disadari, juga menjadi refleksi bagi bangsa Indonesia dalam menjaga nilai-nilai kebersamaan, toleransi, dan gotong royong.
“Proses saling memaafkan mengingatkan akan pentingnya menjaga persatuan di tengah keberagaman yang ada,” kata dia.
Ceng Mujib menjelaskan, tradisi mudik atau pulang ke kampung halaman menjadi salah satu tradisi yang paling khas saat Idul Fitri di Indonesia.
“Tradisi ini tidak hanya membawa dampak ekonomi bagi daerah-daerah di luar pusat kota besar, tetapi juga menjadi simbol kuat dari kesatuan bangsa,” kata Singa Podium ini.
Lebih jauh dikatakan, ketika jutaan orang dari berbagai suku, agama, dan latar belakang bergerak serentak pulang ke kampung halaman, mereka menjadi saksi dari keberagaman dan kesatuan Indonesia.
“Melalui mudik, nilai-nilai persaudaraan, kesetaraan, dan kesederhanaan ditekankan kembali, mengingatkan semua orang bahwa di atas segalanya, kita adalah satu bangsa,” tukasnya.
Ceng Mujib menilai, Idul Fitri juga menjadi momen di mana toleransi dan harmoni keberagaman diuji dan ditunjukkan.
“Di banyak daerah, perayaan Idul Fitri tidak hanya diikuti oleh umat Islam, tetapi juga dihormati dan dirayakan bersama oleh saudara-saudara kita dari agama dan kepercayaan lain,” sebutnya.
“Hal ini menunjukkan bahwa keberagaman yang ada di Indonesia bukanlah halangan, tetapi justru kekuatan yang menyatukan bangsa,” sambung dia.
Di penghujung wawancara Ceng Mujib menyimpulkan, dalam bingkai NKRI, Idul Fitri lebih dari sekedar perayaan agama, ini adalah manifestasi dari identitas bangsa Indonesia yang beragam tetapi tetap satu.
“Melalui momen ini, diharapkan setiap individu tidak hanya kembali ke fitrah secara spiritual, tetapi juga mengingat dan menghidupkan kembali nilai-nilai yang menjadi dasar negara,” hematnya.
Dengan demikian, Idul Fitri bisa menjadi momentum untuk memperkuat kesatuan dan persatuan bangsa, menjadikannya lebih resilien dalam menghadapi berbagai tantangan masa depan.
“Selamat Idul Fitri 1445 H/2024 M, kami keluarga besar ALMAGARI memohon maaf lahir dan batin, semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua,” pungkasnya.
Sumber : PRIANGANINSIDER